Selasa, 05 Februari 2013

Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


anda bisa membaca pengertian Psikologi dengan klik tulisan "itu"

                  setelah mengetahui  Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli danPentingnya Psikologi bagi Pendidikan, kali ini kita akan lebih jauh melihat tentang apa sebenarnya manfaat psikologi pendidikan bagi guru dalam proses belajar mengajar.
                    Sebelum sampai pada pembahasan mengenai “buah” yang dapat dipetik dari psikologi pendidikan, terlebih dahulu perlu penyusun utarakan manfaat psikologi ini bagi guru dan calon guru. Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengem­bangkan pemaham yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
            Sementara itu, Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat psikologi pendi­dikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pen­ didikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya :… the application of formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita simpulan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagai­mana yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak me­merlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian kependidikan; 5) administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi belajar-mengajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip sikologis tersebut, diperlukan adanya figur­figur guru yang kompeten.
Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip­-prinsip psikologis. Dalam buku ini, penyusun sajikan pelbagai informasi teoretis dan praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yangbisa dipilih dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan sebagaimana terungkap di muka.

Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi pen­didikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya. Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi pen­didikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang siswa dengan siswa lainnya membuat perbedaan substansial (bersifat inti) dalam hal merespons pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar­ mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkemba­ngan ranah cipta para siswa. Ranah cipta (akal) dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar dan pembelajaran materi tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar-mengajar yang dikelola guru kelas.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial (pokok, dasar) bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri para siswanya.
Pengetahuan anda yang pokok mengenai proses belajar tersebut meliputi:
  1. signifikansi (arti penting) belajar;
  2. teori-teori belajar;
  3. hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan
  4. fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Di samping ini semua, yang penting pula anda pahami ialah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif-alternatif (pilihan­-pilihan) yang dapat diambil untuk menolong siswa anda dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh Unda Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara singkat , mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, sebagai calon guru atau guru yang sedang bertugas anda sangat diharapkan mengerti benar seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual (sepertiremedial teaching/mengajar perbaikan bagi siswa bermasalah) maupun dalam arti klasikal. Dalam hal ini, anda tentu dituntut pula untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode-metode dan strategi yang anda terapkan secara cermat dalam proses belajar-mengajar yang and kelola. Untuk memenuhi kebutuhan anda akan hal-hal tersebut, sengaja penyusun sajikan pembahasan-pembahasan essencial mengenai mengajar guru, dan hubungan guru dengan proses mengajar seperti dapat anda lihat pada Bab 7 dan Bab 8 yang merupakan bab-bab terakhir dalam buku ini.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral (tokoh inti) yang kuat dan berwibawa namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar mengajar, anda perlu merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai (lihat halaman 243). Sesuai perencanaan materi dan tujuan penyajiannya, anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut kepada para siswa dalam situasi belajar-mengajar yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan di atas anda dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau pembuat keputusan (decision maker) yang penuh perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan tahap-tahap interaksi belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal mencapai tujuannya.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang profesional yang efektif. Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan dalam vang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian materi tersebut secara eksplisit, yakni tersurat dan gamblang. Keputusan lain yang harus diambil selanjutnya adalah penetapan model, metode, dan strategi mengajar yang menurut tinjauan psikologis sesuai dengan jenis dan sifat materi, tugas yang akan diberikan kepada para siswa dan situasi belajar-mengajar yang diharapkan.
Namun dalam hal pengambilan keputusan-keputusan di atas perlu penyusun utarakan hambatan-hambatan yang umum dialami para guru. Faktor-faktor penghambat-atau paling tidak pembatas gerak-pembuatan keputusan-keputusan instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya meliputi:
  1. kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa;
  2. kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah tak dapat diberlakukan lagi;
  3. kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan; dan
  4. ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin pula muncul dari perbedaan harapan guru dan siswa. Beberapa orang siswa dalam sebuah kelas misal­nya, mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti. Perbedaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan gaya belajar, sikap, dan perilaku mereka selama membaur dalam proses belajar-mengajar. Selanjutnya, tekanan dari luar dapat pula mempengaruhi kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa datang dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya.

sumber laman: http://www.dewinuryanti.com/



Tidak ada komentar:

Menu

Artikel Terbaru

Artikel Blageziner

Artikel Rekomendasi